LOKASI | : | Koordinat/ Geografi : 6° 43′ LS dan 106° 44′ BT. Secara administratif termasuk :Kab. Cirebon, Kab. Kuningan dan Kab. Majalengka. |
KETINGGIAN | : | Puncak 3078 m dml (di atas muka laut) |
KOTA TERDEKAT | : | Kuningan |
TIPE GUNUNGAPI | : | Gunungapi Kuarter aktif, tipe A, berbentuk strato |
POS PENGAMATAN | : | Desa Sampora, Kec. Cilimus, Kab. Kuningan Koordinat Geografi: 06°51’19,98″ LS dan 108°29’30,12″ BT. |
PENDAHULUAN
Cara Pencapaian Kawah puncak G. Ciremai biasa di capai dari : Pada umumnya Pemukiman penduduk di daerah G. Ciremai terkonsentrasi di sekitar kaki gunung, terutama daerah kaki bagian timur, bagian utara dan bagian barat. Penduduk di daerah kaki gunung ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Jenis bahan galian yang terdapat di daerah G. Ciremai di antaranya adalah Sirtu, cadangan batubelah dan cadangan batu hias. Sirtu (pasir batu); bersumber dari endapan awanpanas dan lahar, terdapat di sekitar daerah Mandirancan dan Linggajati. Di daerah Mandirancan yaitu di desa Cidahu, Ciwiru, Ciguntur dan Singkup. Di daerah Linggajati yaitu di desa Setianegara. Batubelah (Andesit Ouarry); cadangan bahan galian ini bersumber dari tubuh aliran lava dan beberapa tubuh intrusi berkomposisi andesitan yang banyak dijumpai di lereng utara dan baratlaut G. Ciremai, seperti daerah Maja, Talaga, Pamelengan, Palutungan, Kuningan, Lengkong dan G. Deukeut. Cadangan Batu Hias; cadangan batu hias dapat dijumpai di sekitar komplek G. Kromong,kaki utara G. Ciremai, yaitu di Desa Loji. Wisata gunungapi terdapat di : SEJARAH LETUSAN Erupsi G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga erupsi 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Erupsi uap belerang serta tembusan fumarola baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi erupsi freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Hingga saat ini G. Ciremai telah beristirahat selama 61 tahun dan selang waktu tersebut belum melampaui waktu istirahat terpanjang. Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – baratlaut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga desa Cilimus di timur G. Ciremai. Fenomena yg berlainan terjadi pada November-Desember 2003, peningkatan kegempaan vulkanik dan tektonik diikuti dengan perubahan suhu mata air panas di Sangkan Hurip, suhu rata-rata 47-48°C naik menjadi 49,4°C. Sedangkan mata air panas di Cilengkrang dari 50° C menjadi 55,5°C, serta ada indikasi peningkatan aktivitas di kawah Telaga dengan munculnya lapangan solfatara baru di bibir kawah utama. Karakter Letusan Karakter erupsi G. Ciremai adalah berupa erupsi ekplosif bersekala menengah (dimanifestasikan oleh sejumlah endapan aliran dan jatuhan piroklastik). Secara berangsur kekuatan erupsi melemah dan cenderung menghasilkan erupsi magmatik. Selang waktu istirahat aktivitas G. Ciremai terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun |